Selasa, 09 Desember 2014

HUBUNGAN DEPRESI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2



HUBUNGAN DEPRESI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

 

Disusun Oleh :


KELOMPOK III


M. YUNUS

1221004






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES TENGKU MAHARATU
PEKANBARU
2013






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik kronis yang memiliki efek melemahkan terhadap seluruh kehidupan pasien diabetes , tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek psikologis . Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis, oleh karena itu kondisi ini memerlukan manajemen yang komprehensif dengan melibatkan keluarga pada perawatan. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2015 mendatang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Jumlah populasi penduduk yang meningkat berkaitan dengan faktor genetika, life ekpectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak dampak negatif yang ditimbulkan.
Distribusi penyakit iini juga mneyebar pada semua tingkat masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering  ataupun berat badan yang menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olahraga, pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya.
DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5 %, retinopati 10%, ulkus diabetika 15%, dan nefropati 7,1%.
1.2 TUJUAN
a.       Mengetahui hubungan depresi dan dukungan keluarga terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
b.      Mengetahui patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2.
c.       Mengetahui efektivitas dukungan keluarga terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
1.3 MANFAAT
a.       Untuk mahasiswa, dapat dijadikan dasar atau kutipan dalam memperluas tulisan ilmiah.
b.      Untuk perawat, merupakan hal yang penting dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat mendiagnosa dan merawat pasien DM dengan komprehensif.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISA MASALAH / TOPIK
Diabetes Melitus adalah gangguan sistem endokrin yang dikarakteristikkan oleh fluktuasi kadar gula darah yang abnormal, biasanya berhubungan dengan defect produksi insulin dan metabolisme glukosa (Dunning, 2003). DM disebabkan oleh hiposekresi atau hipoaktivitas dari insulin. Saat aktivitas insulin tidak ada atau berkurang (deficient), kadar gula darah meningkat karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel jaringan (Black & Hawk, 2005).

Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang,yang menjadi pemicu beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskular maupun mikrovaskular seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial. Salah satu perubahan psikologis yang paling sering terjadi adalah kejadian depresi pada pasien DM. Studi melaporkan bahwa pasien DM dua kali lebih besar mengalami gejala depresi atau di diagnosa depresi dibandingkan dengan populasi umum (Anderson,etal. 2001; Egede, Zheng, &Simpson, 2002).

Salah satu manajemen dalam perawatan pasien depresi yang berhubungan dengan penyakit DM adalah melibatkan dukungan sosial dalam perawatan. Dalam literatur disebutkan bahwa interaksi sosial berperan dalam adaptasi pasien dengan penyakit kronis. Salah satu dukungan sosial yang dapat diperoleh pasien adalah dukungan dari keluarga. Sebuah studi melaporkan bahwa 77% pasien dengan penyakit jantung memperoleh dukungan dari keluarganya (Rubin, 2000).

Griffin, et al. (2001) melakukan studi longitudinal untuk menyelidiki peran pemberian dukungan keluarga pada adaptasi psikologikal dan status penyakit. Studi dilakukan pada pasien dewasa (42 tahun) dengan rheumatoid arthritis. Griffin et al, menemukan korelasi yang kuat antara afek negatif pasien dan keluarga yang tidak mendukung seperti pemberian hukuman. Peneliti juga menemukan interaksi sosial yang negatif antara pasien dan pemberi dukungan adalah prediktor yang signifikan terhadap afek negatif pasien dan status penyakit. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Sragen diketahui data bulan Agustus 2008 menunjukkan terdapat 300 pasien DM. Sebanyak 30% mempunyai kadar gula darah sewaktu tidak normal (>20 0mg/dL) dengan pemeriksaan menggunakan glukometer. Hal tersebut membuat peneliti tertarik bagaimana faktor psikososial seperti depresi dan dukungan keluarga berhubungan dengan kadar gula darah.

2.2 ANALISA HASIL

a.      Hasil Analisa Penelitian
Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Ikeda et al. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara ansietas, depresi, self efficacy dan kadar gula darah pada 113 pasien DM tipe 2 (Ikeda et al, 2000). Beardsley &Goldstein (2003) mereview literatur tentang hubungan antara stress, regulasi gula darah dan gaya koping. Menyimpulkan bahwa tingginya tingkat stress dihubungkan dengan buruknya regulasi gula darah.

Ada beberapa mekanisme depresi dapat berkontribusi pada metabolisme glukosa. Gangguan depresi mempengaruhi axis hypothalamic-pituitary-adrenal dan dapat memicu pengeluaran kortisol berlebihan (Risch, 2002). Pada kondisi depresi, tubuh akan mengeluarkan hormon-hormon stress yang akan mempengaruhi peningkatan kadar gula darah. ACTH akan menstimulasi pituitary anterior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Smeltzer & Bare, 2008). Selain itu kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008).

Depresi juga mempengaruhi metabolisme glukosa melalui mekanisme tingkah laku atau psikososial. Individual yang mengalami depresi mempunyai tingkat kepatuhan yang lebih rendah dan umumnya melaporkan kebiasaan gaya hidup yang buruk (Anda, 2000). Penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi yang berat dihubungkan dengan ketidakpatuhan medikasi dan diet (Ciechanowski, Katon & Russo, 2000). Penemuan dari studi kontrol juga menunjukkan bahwa perawatan depresi yang efektif berhubungan dengan peningkatan kontrol glikemik (Lustman et al, 2000). Berdasarkan hasil pengalaman yang diperoleh peneliti, bahwa pasien DM yang mengalami depresi mempunyai kecenderungan untuk merubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang biasanya dipatuhi. Sebagai kesimpulan adanya gejala depresi mempunyai implikasi negatif pada manajemen diabetes (utamanya kontrol gula darah).

b.      Kenapa Dukungan Keluarga Mempengaruhi Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Steptoe et al,. (2004). Penelitian memberikan bukti bahwa isolasi sosial dan kesendirian merupakan faktor risiko terjadinya sakit mental dan fisik (Steptoe et al., 2004). Secara fisiologis, dukungan sosial yang adekuat ditemukan berpengaruh secara positif pada catecholamines (Uchino et al., 1996) dan kadar kortisol saliva disupresi oleh oxytocin dengan adanya dukungan sosial dalam situasi stressful (Heinrichs et al., 2003).
Menurut Lazarus & Folkaman (1984 dalam Friedman & Jones, 2003) dukungan keluarga dapat bertindak segera sebagai buffer terhadap stres dan akibatnya terhadap kerusakantubuh. Dukungan keluarga dapat membantu untuk mencegah stres dan sesuatu yang berbahaya atau mengancam. Dalam studi yang dilakukan Pittsburgh Epidemiology of Diabetes Complications (EDC), menyimpulkan bahwa faktor psikososial seperti dukungan kelurga mempunyai efek yang penting pada kontrol glikemik pada orang dewasa dengan NIDDM dan juga penting pengaruhnya pada self management pada pasien DM.

Bentuk-bentuk dukungan keluarga yang diberikan pada pasien, yaitu sebagai berikut.
1.      Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkap suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini yaitu dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
2.      Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga  diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.
3.      Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan, serta
4.      Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

c.       Patofisiologi Diabetes Mellitus

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 126 mg/ 100 ml darah. Hiperglikemia biasanya disebabkan oleh defisiensi insulin, seperti yang dijumpai pada diabetes tipe 1, atau karena penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti yang dijumpai pada diabetes tipe 2.

Hiperkortisolemia, yang terjadi pada Sindrom Cushing dan sebagai respon terhadap stress kronis, dapat menyebabkan hiperglikemia melalui stimulasi glukoneogenesis hati. Keadaan akut kelebihan hormon tiroid, prolaktin, dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah. Peningkatan kadar hormon-hormon tersebut dalam jangka panjang, terutama hormon pertumbuhan dianggap diabetogenik (menyebabkan diabetes) karena stimulasi pelepasan insulin yang berlebihan oleh sel-sel pankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap insulin.

Stimulasi saraf simpatis dan epinefrin dilepaskan dari kelenjar adrenal juga meningkatkan kadar glukosa plasma, terutama selama periode stress. Katekolamin epinefrin dan norepinefrin menghambat sekresi insulin. Meningkatkan pemecahan simpanan lemak, dan meningkatkan penggunaan glikogen untuk energi. Dengan mekanisme ini, katekolamin membuat beragam sumber energi alternatif  yang tersedia untuk tubuh selain glukosa, akibatnya glukosa plasma  meningkat dan meningkatkan glukosa yang dapat digunakan otak.

d.      Efektivitas Dukungan Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga memerankan peran krusial pada kepatuhan self management dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kontrol metabolik. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini sesuai penelitian yang sudah banyak dilakukan bahwa dukungan keluarga yang negatif merupakan prediktor terkuat dalam mempengaruhi hasil kesehatan pasien, utamanya dengan penyakit kronis (Ellard & Smith, 1990).

Efektivitas dukungan keluarga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi:
1.      Tahap perkembangan yang artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, denga demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2.      Pendidikan atau tingkat pengetahuan dikarenakan keyakinan seseorang terhadap adanya bentuk dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
3.      Faktor emosi, mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
4.      Faktor spiritual, aspek spiritual dapat terlihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakn, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Sedangkan faktor eksternal meliputi:
1.      Praktik di keluarga berupa cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
2.      Faktor sosial dan psikososial, yaitu dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan dapat mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial meliputi: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.
3.      Latar belakang budaya, mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.3 KRITISI/SARAN

a)      Untuk Keluarga
Diharapkan keluarga lebih termotivasi untuk memberikan dukungan yang diberikan kepada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 terhadap peningkatan kedar gula darah.

b)     Untuk Pelayanan Kesehatan
Perawat diharapkan lebih termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang memilki anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan cara memberikan dukungan dalam meningkatkan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus. Dan juga perlu dilakukan skrining tentang depresi pada pasien DM dan melibatkan keluarga merupakan hal yang penting dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat mendiagnosa dan merawat pasien DM dengan komprehensif yang hasil akhirnya akan meningkatkan kontrol gula darah.










BAB III
PENUTUP

3.1  SIMPULAN

Diabetes Melitus adalah gangguan sistem endokrin yang dikarakteristikkan oleh fluktuasi kadar gula darah yang abnormal, biasanya berhubungan dengan defect produksi insulin dan metabolisme glukosa (Dunning, 2003). Depresi mempengaruhi metabolisme glukosa melalui mekanisme tingkah laku atau psikososial. Individual yang mengalami depresi mempunyai tingkat kepatuhan yang lebih rendah dan umumnya melaporkan kebiasaan gaya hidup yang buruk (Anda, 2000).

Dukungan keluarga memerankan peran krusial pada kepatuhan self management dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kontrol metabolik. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah. Dukungan tersebut dapat berbentuk: dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.










DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC
Isworo, Atyanti dan Saryono. 2010. Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Sragen [PDF]. Jurnal Keperawatan Soedirman. Website:http://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/205/64diakses tanggal 19 Mei 2014.
Susanti, Mei Lina dan Tri Sulistyarini. 2013. Dukungan Keluarga meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap RS. BAPTIS Kediri [PDF]. Jurnal STIKES. Website: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18840/18537diakses tanggal 2 Juni 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar